You Don’t Listen, Do You ??

Sewaktu Mama berusia 70 tahun, kami (anak-anaknya) pernah berniat membelikan beliau alat bantu dengar untuk menanggulangi penurunan pendengaran kiri beliau.

Namun ditolak mentah-mentah oleh mama dengan berkata, “aku masih bisa mendengar koq, tapi kalian harus dekat-dekat ngomongnya dengan telingaku”.

Padahal dengan adanya alat bantu dengar tersebut, kami tidak harus menaikkan suara lebih tinggi untuk memanggil / berbincang dengan beliau. Dan mama pun tidak perlu harus membesarkan suara televisi hingga maksimal jika ingin menonton sinetron kesukaannya.

Yang saya tahu, alat bantu dengar tersebut dapat diatur sedemikian rupa sehingga mampu meredam suara-suara di sekitar pemakainya atau juga mengguatkan suara-suara halus yang tadinya sulit untuk didengar.  Pengaturan itu memampukan pemakai hanya mendengarkan suara-suara yang diinginkannya.

Mendengar dan Mendengarkan adalah 2 hal yang berbeda.

<a href="http://www.shutterstock.com/">Shutterstock Images</a>

Kita tidak tuli, oleh karena itu kita bisa mendengar. Namun dibutuhkan kesadaran penuh / awareness / kepekaan untuk kita bisa mendengarkan, dan belajar mendengarkan itu berbanding lurus dengan mengekang lidah, membisukan diri.

Komunikasi yang baik tidak melulu soal menyampaikan / berbicara, namun termasuk juga mendengar. Mengapa ?? Karena sesungguhnya setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan dasar untuk didengarkan.

Mendengar bisa sambil lalu, masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan, menangkap bunyi dengan telinga, terjadi tanpa perencanaan, datang secara kebetulan. Bisa sesuatu yang menarik perhatian, bisa juga tidak.

Sedangkan mendengarkan butuh teknik yang lebih rumit, merespon atau menerima bunyi secara disengaja. Memperhatikan dengan baik apa yang dikatakan oleh orang lain. Memasang telinga baik-baik untuk mendengar. 

Mendengarkan setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Dalam mendengarkan sudah ada aktifitas mendengar.

Salah satu dialog Joker dengan Sang Therapist berkata, "You don’t listen, do you? I don’t think you ever really listened to me”.

Seringkali bantuan terbesar yang bisa diberikan kepada sesama kita adalah telinga yang mau mendengarkan dengan segenap hati dan kepala kita. Mengerahkan awareness kita dan  fokus mendengarkan.

Mendengarkan seseorang bercerita / curhat memberikan kita kemampuan untuk memahami dan berempati, dan menatap dunia dari sisi orang lain.

Mendengarkan cerita orang lain juga bisa membantu menyembuhkan rasa sakit orang tersebut, serta membangun hubungan yang lebih baik dengannya, menunjukkan respect dan juga menambah pengetahuan.

Paling tidak dengan mendengarkan, kita bisa memberikan sesuatu yang dibutuhkannya saat itu, yaitu, perhatian dan keinginannya untuk didengarkan.


Kita memiliki dua telinga dan satu mulut, mungkin maksudnya agar kita dapat mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara.

Namun manusia cenderung lebih senang untuk didengar daripada mendengar apalagi mendengarkan. Padahal bukan dengan berbicara, tetapi dengan mendengarkan kita bisa banyak belajar.

Selagi kita diberi kesempatan hidup dengan dua telinga yang normal, yuk mari luangkan waktu untuk mendengarkan …

Mendengarkan orang tua, atasan, rekan kerja, sahabat & kerabat dengan tujuan membuat kita belajar dan peka menerima setiap masukan dan perbedaan pendapat satu dengan yang lain, respect & appreciate cara pandang orang lain dan juga mengerti apa yang mereka inginkan. Dengan demikian hubungan akan selalu terjaga dan terjalin dengan baik.

Seorang Oprah Winfrey pun belajar mendengarkan dengan baik dan tulus setiap narasumber yang menjadi tamu yang hadir pada acara Oprah Winfrey show. Kecenderungannya untuk menjadi pendengar yang baik sangat membantunya dalam berkarir sebagai ratu talk show dunia.

“Don't Think Or Judge, Just Listen.” - Sarah Dessen


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blessed Christmas Eve 2020 ..

.. Keep Calm & Stay Busy ...

#melawan ; Biasakan Yang Benar, Bukan Membenarkan Kebiasaan

Facing The Giants

Happiness Is A CHOICE, Not A Result