Teman Itu ...

Suatu sore pulang kerja naik GoCar yang disupiri oleh seorang lelaki muda. Tebakanku umurnya masih sekitar 20 tahunan. Mulai dari keluar parkiran kantor, sampai masuk kompleks perumahan tidak berenti ngajak ngobrol dan bercerita tentang segala macam. Semacam CurCol gitulah .. Padahal kalau sudah sore  begini lebih senangnya duduk manis mendengarkan music/radio.

Dari banyak obrolan yang terjadi, satu yang menarik saat itu ia bilang, “mba tau ga, dengan siapa kita berteman, dengan siapa kita menghabiskan waktu-waktu kita itu akan menentukan kebiasaan dan masa depan kita ??”

SEPAKAT …

Kemudian Ia melanjutkan bahwa Ia adalah orang yang telah salah berteman dan bergaul, hingga akhirnya menjadi driver GoCar sementara waktu ini untuk mengumpulkan biaya menyelesaikan kuliah di salah satu PTS di Jakarta.

Seharusnya tahun 2019 lalu Ia sudah menyandang gelar Sarjana Teknik (Industri), namun karena kesalahannya bergaul dan memilih teman, jadilah sampai sekarang belum selesai juga.

Biaya bulanan yang dikirim orang tua, kurang lebih 3 tahun ini habis untuk berjudi online dengan beberapa teman kuliahnya.

Awalnya hanya melihat-lihat teman-teman kuliahnya bermain judi online. Beberapa kali diajak masih bisa menolak. Lama-lama tidak enak menolak dan mulai ikut-ikutan, dan akhirnya benar-benar terjerat dan susah lepas, seperti kecanduan.

Kalau saja orangtuanya tidak tiba-tiba datang ke Jakarta dengan alasan untuk menengok dirinya, pasti sampai sekarang masih terjerat dalam judi online itu.

Menyesal ??? Pasti …

Saat Ia mulai kesulitan biaya hidup dan biaya kuliah karena orangtuanya memberhentikan uang bulanannya, dilalahhh teman-temannya yang bersama-sama bermain judi online pun meninggalkannya. Tidak ada yang peduli dan menolongnya bahkan untuk membantu kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Beruntungnya kendaraan yang selama ini dipakai mensupport mobilitasnya selama berkuliah di Jakarta tidak ditarik oleh orangtuanya.

Singkat cerita, Ia mulai mendaftar sebagai driver gocar. Awal yang sulit, namun harus dijalani, karena harus tetap menyelesaikan kuliahnya, harus membayar uang kost bulanan dan harus membiayai kebutuhan hariannya.

Untuk pulang ke Malang, Ia malu dengan adik perempuannya yang sudah terlebih dahulu menjadi Sarjana Kedokteran.

Sejak menjadi driver GoCar, ada sekali, dua kali keinginan untuk bertemu atau sekedar ngopi-ngopi dengan teman-temannya dulu, tapi Ia selalu terngiang-ngiang pesan ibunya yang menasehati untuk tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang membawa pengaruh tidak baik baginya.

.. Ojo Cedhak Kebo Gupak ..  

Jika kita berdekatan dengan kerbau, pasti kita terkena kotorannya, seseorang akan terpengaruh oleh lingkungan pertemanan dan pergaulannya.

Teman yang baik akan membawa pengaruh yang baik. Teman yang baik juga akan selalu mengajak untuk berbuat kebaikan, bukan menjerumuskan kedalam keburukan dan memberikan pengaruh negatif. 

Bergaul dengan perokok, cepat atau lambat akan ikut merokok. Bergaul dengan seorang yang sebentar-bentar mager, lama-lama pun akan mageran. Bergaul dengan orang yang selalu negative thinking, perlahan tapi pasti akan terbawa menjadi orang yang cepat putus asa, penuh kecemasan, penuh ketakutan, too much overthinking about everything , dll.

Kita tidak bisa memilih siapa orang tua kita, tetapi kita bisa memilih dengan siapa kita berteman dan ingin menghabiskan waktu. Seseorang bisa saja terlahir dari keluarga baik-baik dan terhormat, tetapi jika bergaul dengan teman / lingkungan yang salah, lama-kelamaan Ia akan menjadi buruk perilakunya.

“Siapa Bergaul Dengan Orang Bijak Menjadi Bijak, Tetapi Siapa Berteman Dengan Orang Bebal Menjadi Malang” 
(Ams 13:20)

Komentar

  1. Iya juga sih ada banyak pepatah yang bilang seperti itu. Tp gimana caranya kalau punya temen yg gak berdampak baik bagi kita ?? Apakah kita terang2an menjauh atau sekedar iya berteman seperlunya aja ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba ... Terimakasih sudah mampir .. nanti aku BW juga yahh ...
      Pengalamanku sih sebisa mungkin tidak menghindar untuk kontak langsung dengan mereka yah .. sekedar berteman, cukup tahu kalo kita punya teman seperti itu .. pada akhirnya mereka akan sadar sendiri kalo perilaku mereka toxic buat kita.

      Hapus
    2. Loh mereka bisa sadar kah kalau mereka toxic ?

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. dengan menghindarnya teman2 satu persatu, si toxic ini pasti akhirnya akan sadar bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya .. demikian yang terjadi padaku .. sampai akhirnya ia sendiri yang japriin kami dan bertanya, "knp lu orang ga mau lagi berteman sama gw"

      Hapus
  2. Karena mendapatkan teman yang baik itu susah dan melepaskannya begitu mudah.

    BalasHapus
  3. Salam kenal mbak leila. Saya setuju dan relate banget dengan tulisan ini. Iya mbak, ketika kita "terpapar" teman2 seperti itu, lambat laun kita akan menganggap hal "seperti itu" biasa. Akhirnya kita gak bisa ngontrol, lalu ikut arus. Dan ya, satu2 nya cara memutus mata rantai adalah memutus kontak dengan teman2 itu. Cuma seringkali, kita terlanjur blunder, bingung gimana cara mutus kontak nya. Padahal, simpel aja sebenarnya, cukup katakan tidak ketika teman2 itu mau mempengaruhi kita lagi. Kalo perlu unfollow/blokir/hide/delete saja nomor hp/sosmednya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba ...
      Setuju .. Menghindar akan lebih baik daripada kita yang terus-terusan "terjerat".
      Semoga kita semua dijauhkan dari teman-teman yang demikian yahhhh ... kecuali kita sudah cukup kuat dan tangguh secara mental & iman untuk membawa sebuah pembaruan buat mereka.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blessed Christmas Eve 2020 ..

.. Keep Calm & Stay Busy ...

#melawan ; Biasakan Yang Benar, Bukan Membenarkan Kebiasaan

Facing The Giants

Happiness Is A CHOICE, Not A Result