Digugu Lan Ditiru
Bangun pagi hari Rabu kemarin dibarengi dengan sedikit stretching diatas tempat tidur. Tidak jalan pagi karena gerimis sejak subuh.
Sementara aku melakukan
stretching, di pojok kamar terlihat keponakanku sedang mengikuti kelas online Bahasa
Perancis dari sekolahnya. Dengan memakai seragam Pramuka, ia dengan cermat
mendengarkan suara Sang Guru yang sedang mengabsen murid-muridnya karena akan
dilakukan pengambilan nilai menyanyi lagu dalam Bahasa Perancis.
Sesekali terdengar Sang Guru
berkata “Nyalakan Videonya, Agar Madam Dapat
Melihat Wajah Kalian”.
Setelah selesai absen, mulailah
Sang Guru menawarkan kepada para siswa, siapa yang mau menyanyi duluan,
di-embel-embeli, akan ada nilai tambahan jika menyanyi duluan.
Mulailah beberapa siswa menyalakan
speaker, dan berkata, “Saya Mau Coba
Madam”, “Saya Mau Coba Madam”.
Setelah menyebutkan nama siswa yang akan mulai terlebih dahulu, Sang Guru berkata,
“Yang Lain Langsung Menyiapkan Diri
Supaya Tidak Menghabiskan Waktu Zoom Kita”.
Setelah beberapa siswa selesai
menyanyi, kelas online tersebut senyap sesaat. Kemudian Sang Guru kembali
berkata, “Hayo Siapa Lagi Yang Mau
Menyanyi ??, Masih Banyak Yang Belum, Jangan Malu –Malu”
Tiba-tiba ada seorang siswa yang
berkata, “Selamat Pagi Madam, Saya Mau
Coba Menyanyi”.
Alih-alih menyuruh siswa itu
untuk langsung menyanyi, Sang Guru malah berkata, “Kamu Belakangan Aja Nyanyinya, Yang Lain Dulu, Yang Rajin Ikut Kelas Madam, Yang Rajin Mengerjakan Tugas, Yang Aktif Di Kelas”.
ohhhmaiigotttt ….
Langsung saya melihat ke arah keponakan saya. Seakan ia tahu apa yang akan aku katakan. Ia hanya memberikan kode telunjuk di bibir, yang artinya aku harus diam dulu.
Tidak berhenti sampai disitu,
Sang Guru masih terus berbicara dengan kata-kata yang kurang pantas didengar, dengan
maksud menyindir siswa yang mengajukan diri untuk menyanyi tadi.
Padahal sepanjang yang aku
dengar, siswa itu sudah meminta maaf
karena minggu lalu ia sakit sehingga tidak bisa mengikuti kelas Sang Guru. Namun
Sang Guru masih terus mengoceh, “Kamu
Seperti Tuyul, Ga Pernah Kelihatan, Tapi Tiba-Tiba Nongol, Alasan Sakit, Minggu
Lalu Sakit, Tahun 2019 Sakit, Waktu Kelas 10 Juga Sakit”.
Panjang lebar Sang Guru
melampiaskan rasa jengkelnya kepada siswa tadi sampai akhirnya seorang siswi
ijin untuk mencoba menyanyi lagu Bahasa Perancis pilihan Sang Guru tersebut.
Tidak lama setelah itu, seorang
siswa lain minta ijin untuk menyanyi, dan tiba-tiba terdengar suara Sang Guru, “Apa Kamu, Raise Hand Segala, Kamu Juga Nanti Aja Belakangan Sebelum Kelas
Usai, Tidak Pernah Nongol, Giliran Mau Ambil Nilai Baru Muncul, Saat Masih
Kelas Tatap Muka Di Sekolah, Kamu Selalu Punya Alasan Untuk Tidak Ikut Kelas Madam, Kegiatan Pramukalah, Ikut Ulangan Di Kelas Lainlah, Banyak Alasan, Sekarang Kamu
Tunggu Sampai Akhir Kelas”.
Karena rasa penasaran, aku benar-benar
menunggu sampai kelas itu usai untuk melihat apa yang dilakukan Sang Guru
kepada 2 orang siswa yang tadi ijin menyanyi di awal.
Kurang lebih 10 menit sebelum
kelas usai, salah satu siswa yang tadi ditolak menyanyi kembali menanyakan apakah
sudah diperbolehkan menyanyi, dan Sang Guru dengan arogannya berkata “Tunggu Sampai Saya Perbolehkan” . Sang
siswa pun dengan sopan berkata, “Baik Madam,
Hanya Takut Waktu Zoomnya Akan Berakhir”. Padahal saat itu Sang Guru tidak
sedang menerangkan sesuatu hal kepada para murid.
Akhirnya 5 menit sebelum kelas
usai, barulah Sang Guru memperbolehkan 2 siswa yang dianggap “TUYUL” itu bernyanyi.
Setelah selesai mereka menyanyi,
bukannya menasehati 2 siswa tersebut dengan kata-kata yang baik dan memotivasi
mereka agar lebih rajin masuk kelas, Sang Guru malah terus menyindir, “Itulah Akibatnya Kalau Malas Masuk Kelas,
Pengucapan Kata Salah, Hanya Membaca Apa Yang Tertulis Saja, Jadi Harap Maklum
Dengan Nilai Yang Akan Didapat, Berbeda Dengan Siswa Lain Yang Akan
Mendapat Tambahan-Tambahan Nilai Karena Kerajiannya, Kalian Akan
Mendapatkan Nilai Ala-Kadarnya,
Wallahualam, Tunggu Kebaikan Hati Saya”.
Pantaskah seorang Guru berkata-kata seperti itu ???
Gemes pakai banget pengen nyentil mulut Sang Guru 👌
Entahlah metode pengajaran apa yang diterapkan Sang Guru kepada siswa-siswanya.
GURU merupakan akronim dari "digugu lan ditiru" (Bahasa Jawa - Orang Yang Dipercaya Dan Diikuti), seorang guru bukan hanya bertanggung jawab mengajar mata pelajaran yang menjadi tugasnya, melainkan lebih dari itu juga mendidik moral, etika, integritas, dan karakter siswa yang diajarnya.
Guru dalam setiap langkahnya
diharapkan memiliki tujuan untuk meningkatkan kapasitas siswanya. Dalam kelas
dimana setiap siswa memiliki hak untuk berkembang, guru dituntut untuk selalu
bersikap adil dalam melayani anak didik. Keadilan mengelola siswa adalah wujud
upaya guru agar tetap dipercaya baik oleh siswa maupun masyarakat.
Ketika seseorang memutuskan untuk mengambil profesi menjadi guru, maka ia harus memahami bahwa ia sedang memutuskan untuk menjadi bagian dari kehidupan individu-individu yang dididiknya. Secara bawah sadar, anak didik yang bernaung di kelasnya berharap banyak bahwa mereka akan mendapat berbagai pengetahuan dan kemampuan untuk bekal hidupnya. Harapan tersebut tentu saja juga merupakan harapan orang tua, masyarakat, dan negara.
Untung saja saat keponakanku ijin menyanyi, Sang Guru tidak mengomentari apa-apa. Padahal beberapa kali keponakanku ini terlewat absen pagi kelas bahasa Perancis karena kesiangan bangun. Ditengah-tengah pelajaran, baru Ia join / muncul. Pernah sekali aku mendengar ia ditegur "Kesiangan Lagi ??, Kamu Ketua Kelas Lohhh" .
Setelah kelas
online selesai, aku bilang kepada keponakanku supaya minggu depan zoom kelasnya
direkam untuk menjadi barang bukti kalau kita mau melapor perlakuan Sang Guru
ke Kepala Sekolah. Menurut aku apa yang dilakukan oleh Sang Guru adalah bentuk “Perundungan / Bullying” guru terhadap
siswa.
Terlepas dari adanya siswa yang malas mengikuti kelas online dengan berbagai alasan mereka, bukankah bisa dengan bijak ditegur / disampaikan dengan bahasa yang lebih baik kepada siswa yang bersangkutan. Selain itu, guru mata pelajaran bisa juga menyampaikan kepada wali kelas (WaLas), perihal adanya siswa yang malas mengikuti kelas. Dari laporan itu, WaLas bisa berkoordinasi dengan orang tua murid.
Di jaman sekarang ini, mulai dari kelas Taman Bermain, sampai kelas tingkat atas, pasti ada WA Grup. WA grup antara WaLas dengan siswa dan WA Grup antara WaLas dengan orangtua siswa. Sehingga komunikasi bisa tetap terjalin dengan baik tanpa harus menyindir dan mengancam siswa di kelas hanya untuk menunjukkan kuasa.
"Guru Itu Digugu Dan Ditiru, Kalau Dia Mengajariku Menampar, Aku Juga Akan Menampar" (Dilan) - Pidi Baiq
Komentar
Posting Komentar