Facing The Giants
Bulan January dan February 2020 lalu, Puji Tuhan masih berkesempatan ikut Ibadah Tengah Minggu setiap hari Rabu sore di sebuah mall di Kelapa
Gading sebelum akhirnya ditiadakan karena pandemi mulai melanda Ibukota tercinta. Ibadah ini diselenggarakan oleh sebuah pemilik café yang kebetulan juga
adalah seorang Hamba Tuhan. Jika sedang ada Ibadah, café bagian dalam ditutup untuk kegiatan ibadah, sedangkan yang bagian luar / koridor akan tetap
buka untuk umum. Mereka yang datang, kebanyakan adalah karyawan yang bekerja
disekitar mall, mahasiswa yang kebetulan sedang jalan-jalan di mall itu atau
juga jemaat Hamba Tuhan itu yang tinggal di sekitar Kelapa Gading. Tidak banyak
hadir dalam setiap Ibadah Tengah Minggu. Hanya berkisar 20 – 30 orang saja, dan
setiap habis ibadah selalu ada fellowship antar sesama jemaat yang hadir dalam
bentuk makan bersama ala kadarnya yang disediakan oleh Hamba Tuhan dan
keluarganya. Menariknya, yang menjadi pembicara selalu berganti-ganti dari
berbagai profesi. Ada dari pemain sinetron, penyanyi, pemain music, olahragawan,
politisi, dokter, dll. Menyenangkanlah ..
Selain menyampaikan kebenaran
firman Tuhan secara singkat, para pembicara juga berbagi / sharing kisah hidup
atau pengalaman mereka menerapkan Firman Tuhan dalam keseharian atau profesi
mereka.
Salah satu sharing yang sampai sekarang aku ingat adalah dari seorang (mantan) pemain bulu tangkis nasional yang berkisah tentang sebuah film yang berjudul “Facing The Giants”. Menurutnya kisah di film itu hampir mirip dengan perjalanannya saat Ia masih menjadi seorang atlet bulu tangkis nasional.
Film ini dibuat sekitar tahun 2006, namun intisari dari film tersebut masih relevan untuk kehidupan kita sehari-hari.
Film Facing The Giants ini berkisah tentang seorang pelatih tim football
yang selama 6 tahun berkarir tidak pernah membawa timnya untuk memenangkan satu
kalipun kompetisi dalam satu musim pertandingan. Kekalahan demi kekalahan
membuat kepercayaan dirinya sebagai pelatih terusik dan tergerogoti, belum lagi
kondisi keuangan yang parah, lalu pemain terbaiknya pindah sekolah demi
bergabung ke tim football yang lebih baik, serta rencana pihak orangtua murid
dan sekolah untuk memecatnya sebagai pelatih tim membuat Pelatih Taylor
benar-benar kehilangan harapan.
Melalui sebuah mimpi dan kejadian aneh, Tuhan menyapa dan memberikan
kekuatan baru kepada Pelatih Taylor. Dan itu memberikan pemikiran yang baru
bagi Pelatih Taylor. Seakan-akan Ia menemukan tujuan atau purpose yang lebih
besar daripada sekedar menang dalam pertandingan. Ia harus mulai berjuang,
bukan untuk menang, tetapi memberikan yang terbaik dan pantang menyerah.
Perjalanan spiritual yang terjadi dalam dirinya dan keberanian untuk selalu
percaya dan berpegang pada Tuhan membangkitkan kembali semangat baru di timnya
dan membuahkan keberhasilan di dalam dan di luar lapangan football.
Jatuh bangun dalam berlatih dan
meniti karir untuk menjadi seorang atlet bulu tangkis yang ingin diakui secara
nasional bahkan international bukan perkara yang mudah. Kekalahan demi kekalahan
yang dialami baik sebagai pemain tunggal putra atau berpasangan (ganda /
campuran) secara tidak langsung ikut juga mempengaruhi mood tim secara
keseluruhan. Cibiran dari pemain senior dan makian dari pelatih sudah menjadi
makanan harian. Berpikir untuk mundur selalu menghantui, meskipun itu artinya menyerah
sebelum mencapai apa yang dicita-citakan sejak masa kecilnya.
Jalan terbaik yang diambil saat itu adalah rehat / cuti beberapa saat. Mengambil waktu untuk berpikir dan berserah sepenuhnya pada kehendak Tuhan yang telah menuntun sejak masih sekolah di Ragunan (sekolah atlet) dulu. Setelah beberapa lama jeda dari pelatnas, waktunya untuk kembali .. Menjadi manusia baru dengan fokus melakukan yang terbaik, menggunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya, dan berpikir bahwa kemenangan dan hadiah adalah buah / bonus dari ketaatan dan kegigihan dalam berlatih setiap hari. Tetap rendah hati, mengontrol emosi dan bersikap santun dengan siapa saja.
Puji Tuhan perubahan terjadi, dan kemenangan demi kemenangan pun diraih.
Dalam kehidupan kita sehari-hari,
apapun profesi kita, kerap kali kita juga "Facing The Giants" , dalam berbagai wujud. Kesombongan, keangkuhan, ketakutan,
kegagalan, kekalahan, kecemasan, kesulitan, trauma, depresi, patah semangat,
lelah berusaha, frustasi, dll. Ingin menyerah meski impian dan harapan sudah didepan mata.
Sebagian kita berhasil mengalahkan "giants" dalam hidupnya, berdamai dan menerima, tapi ada juga yang justru “enjoy” berkutat dengannya, mbulet waeee .. Ada yang berujung pada pemulihan dan segara bangkit, namun tidak sedikit juga yang membiarkan meradang sampai akhir hidup.
Memang tidak semudah membalikan tangan untuk melawan …
Kesulitan dan tantangan selalu ada, namun harus disadari bahwa setiap kita punya potensi kekuatan untuk melawan “giants” dalam diri, meskipun dengan format yang berbeda-beda.
Beberapa orang punya kestabilan
financial tapi mungkin emosi dan tubuhnya tidak stabil. Beberapa orang lainnya
memiliki kondisi sebaliknya, bekerja sana sini tapi tubuh tetap sehat dan hati tetap gembira.
Sebagian kecil mendapat keduanya dan tetap berusaha menjalankan harinya dengan
penuh kasih dan semangat. Semuanya berani melangkah, walau kadang terbentur
tembok dan harus cari jalan lain.
Jangan pernah menyerah, tetap berani menjalankan hari, terus bekerja dan berkarya.
Hari ini, mari menengok ke dalam diri, dan kita akan terkagum-kagum dengan semangat serta kekuatan yang selama ini jarang kita sadari .. Just Keep Going ..
Mantap, Kak. Terima kasih sharingnya. Memang kita harus senantiasa bersyukur dan terus berusaha untuk meraih apa yang dicitakan.
BalasHapusTuhan Berkati & Sertai Selalu Yahh .... Just Keep Moving ..
BalasHapus