New (GOOD) Habits ; Finding Joy In Tidying Up
Weekend kemarin sudah rencana
hanya mau leyeh leyeh sambil movie marathon di Netfilx. Tapi rencana tinggal
rencana .. Yang terjadi adalah disibukkan dengan bantu-bantu mba ART dan tukang untuk memindahkan barang-barang dari gudang, sementara ruangan tersebut akan di cat ulang.
Ahahhhh .. tiba-tiba kepikiran untuk
“Danshari / Decluttering”, buang-buangin barang yang
sudah lama tidak terpakai atau yang sudah usang dan rusak. Kesempatan inihhh …
Kali ini sengaja mau melibatkan 2 orang keponakan beserta mamanya.
Baju-baju di gantungan, tas-tas,
cd/vcd, mainan dan hadiah-hadiah ulang tahun dari kerabat saat keponakan mereka
masih kecil, boneka-boneka, oven, perabotan rumah tangga, beberapa parcel pecah
belah dari dari rekanan / teman kantor, lalu ada 3 koper berukuran besar milik
papa mama yang berisi kebaya-kebaya, kain-kain, beberapa selimut, hordyn, handuk,
taplak meja makan dan sprei, dan ada juga 3 koper kecil milik kakak hasil
outing dengan perusahaannya .. Penuhlah kamar itu dengan segala macam barang, ditambah
1 buah lemari gantung plus meja setrika.
Puji Tuhan si kaka dan ade antusias
mau ikut menyortir mainan dan hadiah-hadiah yang pernah mereka terima dahulu. Sampai
kaget dan takjub mereka melihat begitu banyaknya mainan yang mereka miliki.
Selama ini kalau mereka menanyakan tentang mainannya selalu aku bilang, ada di
kamar belakang, kalau mau diambil, silahkan bongkar sendiri dan rapihkan
kembali. Tidak pernah kejadian sampai mereka ambil dan bongkar sendiri, “males beresinnya” .. selalu begitu
kalau ditanya kenapa tidak jadi ambil ..
Ibu mereka (kakak tertua aku)
kebagian menyortir baju-baju di gantungan dan parcel parcel pecah belah. Sayangnya
dari 3 koper besar milik papa mama, hanya 2 koper yang isinya masih layak untuk
dihibahkan ke ART dan beberapa saudara yang lebih membutuhkan, 1 koper lainnya harus
direlakan untuk dibuang karena sudah rusak dimakan waktu.
Tiap orang yang terlibat dalam kegiatan
ini diberikan 3 buah kardus kosong, 1 kardus untuk barang yang akan langsung
dibuang karena sudah rusak, 1 kardus untuk barang yang akan dihibahkan kepada orang
lain, dan 1 kardus lainnya untuk barang yang masih mau disimpan.
Teknik seperti ini pernah aku tonton di salah satu acara televisi tentang merapihkan dan membuang barang yang tidak lagi diperlukan.
Pada awal penyortiran kakak dan ade agak ragu untuk memasukkan mainan dan hadiah2 mereka ke kardus yang akan dihibahkan kepada orang lain. Pengennya masih disimpan semua, hanya ganti kardus dengan kontainer baru yang lebih besar. Tapi dengan menjelaskan bahwa mainan dan hadiah-hadiah itu tidak semua diperlukan dan akan lebih bermanfaat untuk orang lain, akhirnya mereka mengerti. Aku juga meminta mereka untuk melakukan 2 hal :
1. Sebelum memilah-milah sebuah mainan / hadiah, coba pegang dan rasakan, apakah ada kegembiraan / sukacita dengan mainan / hadiah tersebut ?
2. Mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal pada mainan / hadiah yang akan dihibahkan / dibuang.
Kegiatan ini bukan sekedar memilih, memilah dan membuang, tapi juga memberitahukan kepada kami betapa selama ini kami sudah berkelebihan barang-barang, “obesistuff” kalau boleh meminjam kata-kata Dee Lestari dalam catatan awal buku The Life – Changing Magic Of Tidying Up, Marie Kondo.
Banyaknya mainan yang ada,
terutama figures character membuat 2 orang ponakanku melakukan penyortiran
sampai 2 kali. Sortir pertama untuk barang yang masih ingin disimpan, dan
sortir berikutnya mengklasifikasi sesuai grup/seri, misalnya seri sponge bob,
seri naruto, seri kungfu panda, seri fantasic four, dst. Setelah terkumpul
berdasarkan grup/seri, lalu dimasukkan dalam plastic klip agar tidak lagi
tercampur dengan grup lain.
Malam sebelum tidur aku sempatkan
bertanya pada kakak dan ade, apa rasanya melakukan kegiatan sortir menyortir seharian
tadi. “Melelahkan” .. Jawaban yang
wajar untuk mereka yang belum pernah dilibatkan sebelumnya dalan kegiatan
semacam ini. Dan mereka juga mengatakan
bahwa banyak juga mainan dan hadiah-hadiah yang tidak lagi diperlukan untuk
umur mereka saat ini, tidak ada sukacita lagi saat memegangnya, biasa aja, dan itu
membuat mereka lebih mudah mengatakan terima kasih dan selamat tinggal pada
mainan/ hadiah-hadiah tersebut.
Apapun yang mereka rasakan, aku berharap
kegiatan ini dapat menjadi kebiasaan yang baik buat mereka dimasa mendatang. Tidak
membuat mereka menjadi konsumtif, namun melatih mereka untuk belajar membatasi
jumlah barang yang dimiliki.
Hari Minggu siang setelah selesai Ibadah online, kegiatan bebenah dan beberes ini kami lanjutkan lagi, tapi kali ini di-khususkan untuk menata kembali gudang beserta isinya. Dan Puji Tuhan sebelum sore semuanya terselesaikan dengan baik. Barang yang harus dibuang sudah diambil oleh petugas kebersihan, barang yang akan dihibahkan sudah dipisahkan tersendiri dan diletakkan diteras samping. Sengaja tidak dimasukkan/disimpan di gudang untuk menghindari "disimpan kembali" , Kakakku sudah menghubungi beberapa kerabat untuk mengambil barang yang ingin dihibahkan, beberapa juga akan di kirim ke kampung halaman kakak ipar untuk diberikan kepada anak-anak paud tempat ia bertugas.
Gudang menjadi lebih nyaman dan
rapi dengan berkurangnya hampir 70% barang dari sebelumnya. Kegiatan yang
awalnya dianggap melelahkan dan merepotkan, justru sangat berguna pada
akhirnya.
Gudang yang awalnya sesak dan
sumpek dengan banyaknya kardus dan container plus koper, sekarang lebih bersih
dan lega, tidak stress lagi jika harus menyetrika baju, tidak susah payah lagi
jika harus mencari barang karena tiap container sudah memiliki nama masing-masing sesuai klasifikasi isi yang ada didalamnya, misalnya : Mainan Kakak & Ade, Peralatan Rumah Tangga, Sprei + Sarung Bantal, Dll.
Semoga kedepannya kami tetap konsisten untuk tidak lagi menumpuk barang yang urgently tidak dibutuhkan demi menjaga kerapihan rumah. Dan melibatkan seluruh penghuni dalam kegiatan bebenah/beberes rumah lebih baik daripada melakukannya seorang diri, jangan sampai kejadiannn .. yang satu jadi tukang beberes, yang lain tukang numpuk barang. … lelah hayati ...
Demi menciptakan keadaan rumah yang
lebih baik, abaikan rasa Sayang Dan Tidak
Rela, iyesss ..
There Are Two Reasons We Can’t Let Go:
An Attachment To The Past Or A Fear For The Future
Tidying Is Therapeutic. There Is A Tangible And Emotional Release Of What Holds Us Back. It Is Freeing. Pay Attention To What You Have A Difficult Time Letting Go Of And What Makes You Worried About The Future.
Halo Kak, salam kenal.
BalasHapusBaru kali ini mampir kesini dan merasakan betapa serunya bisa membereskan dan memilah barang-barang. Sepertinya saya juga mau untuk decluttering juga nih, khususnya pada baju-baju. Biar lemari sedikit bernafas lega 😁
Ketika sudah dibereskan dan dikelompokkan jadi lebih mudah, pastinya gudang di tempat kakak semakin rapih dan gampang dalam ambil barang yaaa...
Hai kaa Devina .. Salam kenal juga yahhh ...
BalasHapusLama-lama seru juga ternyata declutering ini, dan sekarang suka tiba-tiba nanya sama kakak atau adik yang tinggal ga serumah sama aku, rumahnya mau diberesin ga ?? hahaha ...