.. Miss You Each Day, Every Day, All The Time ..
Jalan pagi hari ini mengambil rute berbeda dari biasanya ..
Kalau biasanya hanya sekitaran
kompleks perumahan sampai jalan baru Banjir Kanal Timur / BKT, kali ini keluar
kompleks perumahan dan menuju TPU Pondok Kelapa ..
Lihat dari Maps sih sekitar 2,5
KM. Pulang pergi artinya sekitar 5 KM iyess .. Baiklah ..
Dari sebelum tidur malam sudah
diniatkan kalau hari ini jalan paginya mau ke TPU Pondok Kelapa aja .. Bukan
kenapa-kenapa sih, tapi mau sekalian nyekar ke makam Mama.
Tepat hari ini genap 5 tahun
kepergian Mama Terkasih.
Dan waktu bangun tadi pagi
ternyata ada sebuah WA dari grup keluarga yang sounding mengenai kepergian Mama
yang sudah 5 tahun berlalu ..
21 Oktober 2015 – 21 Oktober 2020
Sampai hari ini, terkadang masih terasa sedih jika melihat foto Mama yang selalu terpajang di ruang keluarga, terkadang masih terasa sedih jika melihat kamar tidur beliau yang sekarang hanya ditempati papa seorang diri, dan terasa ada yang kurang jika kumpul keluarga baik dirumah ataupun saat perayaan / hajatan keluarga besar, karena biasanya beliau yang selalu antusias urun saran.
Kepergian Mama 5 tahun lalu bukan
saja suatu peristiwa yang mengejutkan bagi kami, tapi juga suatu kehilangan
yang betul-betul susah diungkapkan bagi keluarga besar.
Pagi itu … 5 tahun yang lalu …
Seperti biasa, saya dan 2 orang
keponakan berangkat dari rumah sekitar jam 5.45 WIB untuk menuju sekolah mereka
di Jalan Pemuda – Jakarta. Tiba di sekolah
sekitar jam 6.20 WIB, artinya masih ada waktu untuk menunggu sampai sampai bel
sekolah berbunyi, dan tidak lama kemudian adik laki-laki saya beserta istrinya juga
tiba mengantarkan anak mereka.
Setelah bel berbunyi, kami keluar
dari area sekolah untuk melanjutkan sarapan pagi di kantin sebelah sekolah sampai
kurang lebih jam 8, baru kemudian kami berangkat ke kantor masing-masing.
Tiba-tiba saat saya masih di area
parkir gedung kantor, saya di-telp oleh kakak yang mengabarkan kalau Mama
dibawa ke rumah sakit. “oke saya balik
sekarang” , Begitu jawaban saya pada kakak. Belum lagi 5 menit berlalu, sedang
saya menunggu taksi yang lewat, papa menelpon mengabari kalau Mama sudah
berpulang.
Seketika itu juga saya terduduk
di trotoar jalan, terdiam beberapa saat, blank, tidak tahu harus bagaimana.
Butuh waktu kurang lebih 10 menit untuk menerima peristiwa itu.
Setelah itu, saya dijemput oleh
adik, dan bersama-sama kami ke rumah sakit, sementara istri adik saya menjemput
ponakan-ponakan untuk langsung dibawa ke rumah sakit.
Tiba di rumah sakit, Mama sudah ada
di ruang jenazah. Sudah berkumpul om dan tante serta beberapa sepupu dekat.
Terlihat kesedihan yang teramat dalam di wajah kakak dan papa.
Bertangis-tangisanlah kami beberapa saat di ruang jenazah itu, sampai datang
Ibu Pendeta Jemaat tempat kami beribadah untuk memberikan doa dan penguatan
bagi keluarga.
Selanjutnya adalah menyiapkan
segala sesuatu yang terbaik untuk pemakaman Mama. Anak-anak perempuan Mama dan
menantu perempuan ikut serta memandikan bersama petugas dari ruang Jenazah
Rumah Sakit, memakaikan baju Mama untuk terakhir kalinya, mendandani Mama seolah-olah
akan bepergian ke pesta, memasangkan anting-anting dan kalung kesukaan Mama, menyiapkan
sarung tangan, kaus kaki serta sepatu dan sandal yang sehari-hari dipakai,
tidak lupa tas kecil yang berisi kacamata, gigi palsu dan perlengkapan make up
Mama (sisir, bedak dan lipstick).
Sedangkan adik laki-laki dan
beberapa sepupu mengurus pemasangan tenda di rumah, menghubungi RT/RW setempat untuk
mengurus surat pengantar ke Kelurahan dan TPU, juga mengurus segala sesuatu
yang berkenaan dengan acara Ibadah Syukur Penghiburan hingga Ibadah pemakaman
di TPU Pondok Kelapa.
Hal yang lucu adalah beberapa
waktu sebelumnya, Mama pernah memberikan satu plastic berisi baju dan kain
berwarna hitam, dititipkan ke Mba Iyah, asisten rumah tangga dengan mengatakan,
“nanti kalo saya kenapa-napa, saya
dipakaikan baju ini yah” .. dan
tidak ditanggapi serius oleh mbah Iyah dengan berkata, “orang oma ga akan kemana-mana juga..” Dilalah waktu hari berpulangnya Mama, benda
yang dimaksud tidak ketemu, meskipun mba Iyah udah ngubek2 lemari pakaian beliau.
Mama disemayamkan di rumah 1 malam karena menunggu adik-adik beliau dari Salatiga, Dumai dan Ambon. Banyak pelayat yang kaget dan tidak menyangka Mama berpulang secepat itu.
Apalagi kami ?? 1 minggu sebelumnya memang Mama sempat bilang lemas, di-cek gulanya cukup tinggi waktu itu kata kakak, dan sudah diberi obat penurun gula. Malam sebelumnya (20 Okt 2015) beliau masih nonton sinetron kesukaannya, Tukang Bubur Naik Haji .. Dan pagi itu juga masih bersuara “Iya” ketika dipamiti oleh cucu-cucunya untuk berangkat sekolah, meskipun tidak bangun dari tempat tidur.
Satu hal yang kami syukuri adalah
kami sempat untuk merayakan hari ulang tahun emas pernikahan papa dan Mama di
bulan Februari 2015. Dan pada bulan September 2015, kakak saya dan suaminya
diperkenankan Tuhan untuk pindah tempat pelayanan ke Depok dan Cisarua, setelah
kurang lebih 10 tahun melayani Jemaat Tuhan di berbagai tempat di pedalaman
Kalimantan.
Kata Mama waktu itu sewaktu
diberitahu anaknya dipindah ke Depok, “Puji
Tuhan, bisa kumpul lagi kita sekarang yah”
Namun sebelum acara pisah sambut di tempat baru kakak bertugas, Mama
sudah berpulang. Hanya papa dan anak-anak Mama beserta cucu cucu yang menghadiri
acara itu di salah satu gereja di Kompleks Brimob Kelapa Dua.
Acara tutup peti adalah acara yang
paling menyayat hati,
Saat semua pelayat diberikan
kesempatan untuk melihat Mama yang terakhir kali dengan memberikan / menyemprotkan
parfume 4711 ke sekeliling dalam peti Mama, kami keluarga besar bersama-sama menyanyikan
lagu kesukaan Mama dari Gita Bakti 114 ; Di Setiap Janjiku / Grace Alone ..
Di Setiap Janjiku Dan Setiap Doaku, Juga Langkah Imanku, Tuhan Bersamaku
Tiap Gunung Ku Tempuh, Harapanku Pun Teguh, Rahmat Tuhan Beserta, Hanya Anugerah-Nya.
Tuhan B’ri Anug’rah-Nya, Tuhan B’ri Kuasa-Nya; Kristuslah Di Dalamku, Aku Menang Bersama-Nya.
Tiap Jiwa Kurengkuh; Tiap Hati Kusentuh; Kubagikan Damai-Nya, Kar'na Anug’rah-Nya.
Air Mata Pun Reda Oleh Sabda Kasih-Nya ; Tiap Duka Hilanglah, Kar’na Anug’rah-Nya.
Komentar
Posting Komentar