Do Good, And Good Will Come To You
Berangkat kantor hari ini berbeda jalurnya .. Kalau biasanya naik CL turun di stasiun Senen, kali ini turun di stasiun Sawah Besar, baru kemudian lanjut gojek ke daerah Krekot .. Ada urusan penting yang akan dikerjakan disana sebelum kembali ke kantor.
Yang menarik dari perjalanan pagi
ini adalah kejadian rebutan kursi prioritas antara seorang pria dan wanita,
yang sama-sama belum lanjut usia., sama-sama tidak membawa balita, yang wanita
tidak sedang hamil, dan mereka juga bukan penyandang disabilitas.
Entah pria atau wanita itu yang
masuk lebih dahulu dalam gerbong, karena saya naik dari pintu yang berbeda,
walaupun dalam gerbong yang sama. Tiba-tiba terlihat aksi saling dorong antara
pria dan wanita itu demi mendapatkan 1 kursi prioritas yang kebetulan masih
kosong. Dan si pria yang kemudian berhasil duduk di kursi prioritas tersebut.
Kejadian berikutnya adalah si wanita berkata, “ngalah dong pak sama perempuan”, yang pria dengan santai menjawab,
“situ aja yang cari kursi lain”
Koq bisa yah mereka rebutan kursi yang seharusnya bukan untuk mereka. Sekalipun (mungkin) mereka akan berdiri juga jika ada orang yang lebih membutuhkannya. Tetapi menurut saya, jelas-jelas sudah ada stiker Kursi Prioritas terpasang di jendela, yang artinya kursi tersebut diprioritaskan hanya untuk kalangan tertentu (Ibu Hamil, Ibu Membawa Balita, Lanjut Usia & Penyandang Disabilitas), kenapa ingin juga duduk disitu ?? Apa kalian salah satu dari kriteria prioritas itu ?
Sempat berpikir kenapa
orang-orang itu (pria dan wanita yang rebutan kursi prioritas) egois banget yah,
tapi buru-buru saya mengalihkan pikiran saya dengan mengatakan dalam hati,
mungin mereka lelah berdiri sementara menunggu kedatangan CL tadi.
Mengutip sedikit dari bacaan
renungan pagi beberapa hari lalu yang mengatakan bahwa karakter yang baik
muncul dari kebiasaan yang baik. Kebiasaan yang baik muncul karena kita
memiliki pemahaman yang baik. Pemahaman yang baik adalah produk dari pikiran
yang baik. Dan dari pikiran yang baik muncul hati yang baik pula. Hati kita
akan terus berpikir baik hanya apabila kita menempatkan Sang Pencipta pada
posisi yang benar dalam hidup kita.
Sama halnya dengan perkataan Paus
Fransiskus, “tak ada gunanya jika
seseorang rajin beribadah, tetapi tak berbuat baik dalam hidup sehari-hari,
mereka seumpama Burung Beo, hanya berkata-kata tanpa berbuat apa-apa ; Jika
saya berkata: saya rajin ke beribadah, tetapi kemudian saya mengambil hak orang
lain, berbuat semena-mena dengan sesama, mengabaikan dan tidak mau bicara
dengan orang tua, tidak mau membantu orang miskin, tidak mau menengok orang
sakit, itu tidak menunjukkan iman saya, PERCUMA
Teladan untuk berbuat baik dan benar
merupakan suatu panggilan Tuhan kepada kita sekarang ini. Dalam kehidupan yang
tak jarang diwarnai oleh semangat kebencian dan kejahatan, setiap kita mesti
menyatakan teladan Sang Pencipta yang welas asih dan penuh damai sejahtera. Di mana
pun kita berada dan dengan segala yang kita miliki, mari kita terus berbuat
baik dengan benar dan tulus.
Apapun Yang Kamu Perbuat, Perbuatlah Dengan Segenap Hatimu Seperti Untuk Tuhan Dan Bukan Untuk Manusia (Kolose 3:23)
Komentar
Posting Komentar